Kita berdua saling mencintai. Iya. Kamu dan aku. Sama-sama sayang. Sama-sama membutuhkan. Sama-sama menginginkan dan sama-sama mengumi. Aku dengan segala kecerobohanku dan kau dengan segala kedisiplinanmu. Tapi ya itu kita, ah mungkin hanya kau saja, berpikir bahwa kita tidak mungkin bisa bersatu. Terlalu banyak hal yang dikorbankan dan terlalu banyak yang disakiti agar kita bisa bersama. Itulah kau, seseorang yang selalu ingin sempurna. Manusia yang ingin menyenangkan siapa saja dan tak ingin menyakiti.
Aku mencintaimu. Aku tak peduli dengan segala apa yang telah terjadi padamu di masa lalu. Meski kau, dengan segala pemikiranmu yang cemerlang, ternyata masih senang berkutat dan berkubang pada masa lalu. Semua orang begitu. Akupun demikian. Aku memelihara dendam dari rupa sahabat di masa lalu. Kau tak menyukai ini. Kau ingin aku bahagia. Aku juga ingin kau bahagia. Kau menolak. Kau bilang kau ingin hidup baik baik saja. Tidak bahagia tapi cukup saja
Aku tak cakap berkata gombal. Tapi aku cakap dalam merayu. Gombal perlu imajinasi sedang merayu yang kau butuhkan hanyalah kata-kata indah. Sementara kau adalah keindahan itu sendiri. Puisi yang selesai. Buku yang tamat dan musik yang pamungkas. Apalagi yang aku butuhkan? Segala tentangmu adalah cinta dan segala cinta adalah tentangmu. Kamu adalah yang tunggal aku bisa apa? Selain merayu dan mencintaimu dengan gegap gempita dan sorak sorai.
"Hidupku sudah selesai. Aku pernah melawan orang yang aku cintai untuk kemudian berkalang benci mengutuk cinta yang lain," katamu.
Tapi siapa yang tidak? Bahkan dalam kesunyiannya Iblis mengutuk dirinya sendiri. Andai saja ketika penciptaan Adam ia mau sujud mungkin ia masih mendapatkan cinta Nya. Kita punya definisi masing-masing soal hidup yang sempurna. Soal cinta yang sempurna dan soal makanan yang sempurna. Kamu tahu aku menyukai Indomie Goreng. Mi instan yang kau kutuk karena membuatku lemah dan sakit. Kamu memintaku berhenti makan mi instan, sementara kau mengakrabi penderitaan.
"Aku hanya ingin kamu bahagia. Aku tidak ingin kau mencintaiku atau peduli padaku," katamu.
"Omong kosong," kujawab.
Cinta itu kegawatan sederhana. Dibikin besar karena perasaan perasaan sementara yang lahir dari endorfin. Kamu tahu itu, aku tahu ini dan kita berdua menikmatinya. Kita melawan apa yang kita pikir bisa kita taklukan. Kamu hanya menyerah pada dirimu sendiri, sedangkan aku menyerah pada apapun yang membuatmu berhenti. Cinta sesederhana itu. Seperti menyiapkan sarapan pagimu. Segelas susu dan sebuah apel. Kebahagian seharusnya tidak rumit. Mengapa harus dipersulit oleh sesuatu yang bisa membuatmu senang?
Cinta selalu picisan dan norak. Mereka selalu congkak dan naif. Hanya bisa memberikan kesakitan dan luka dari nanah. Tapi apa yang tidak melukai? Bahkan Yesus pun menyeru pada Bapa Nya tentang nasib yang terlalu sedih. Bukankah ia lantas menerima dan menebus dosa umat manusia dengan kematiannya? Apa yang membuat kita ragu sayangku? Apa yang membuat kita menunggu? Jika gigirmu menyimpan luka dan kegetiran masa silam? Mengapa tak kau memberikan aku kesempatan menyembuhkannya? Membiarkan koreng itu terlepas hingga tuntas.
Cinta seharusnya tidak menyakiti. Yang menyakiti itu maagh, asam lambung, diabetes, rokok, kopi, indomie dan tahu tek. Makanan yang membuat kita lena lantas tersiksa. Kehidupan yang terlalu dipacu hingga membuat kita membuat kita terburu. Untuk apa? Untuk kemudian kelelahan, depresi dan menyesali waktu yang telah lewat tanpa bisa melakukan perubahan? Lantas apa yang kamu inginkan? Hidup yang monokrom dan monoton? Merayakan hitamnya jiwa dalam suasana tidak tenang?
"Tidak sesederhana itu. Kita tidak hidup sendiri. Aku tak bisa memilih," katamu.
Kita semua punya pilihan dan setiap pilihan punya konsekwensi apa boleh bikin. Kau bukannya tak mau memilih. Kau takut pada akibat dari pilihan itu. Kita semua takut sayang. Tapi kau harus tahu kau tak akan menjalani ketakutan itu sendirian. Kita akan menjalani ketakutan itu bersama-sama dan menaklukan hal itu satu persatu. Ketakutan itu hanyalah sedikit dari hal yang bisa kita hadapi dengan kebersamaan.
Kebersamaan adalah kekuatan. Kau tak akan sendiri menghadapi hidup yang tengik dan bacin. Aku akan berada bersamamu bukan sebagai pelengkap rusuk. Tapi sebagai rekan bajak laut yang siap sedia merebut kebahagiaan. Kita adalah sepasang kekasih yang mempecundangi kebuntuan hidup. Menertawakan sisa-sisa kesialan dengan seonggok perdebatan. Lantas berlayar menikmati senja sambil berciuman. Kau dan aku adalah keabadian yang gagal dihentikan oleh penderitaan.
Kau mesti belajar pada Al Hallaj. Ia mengagumi kebersamaan hingga pada tahap penyatuan diri dengan tuhan. Tentu bukan tuhan sebagai mahluk tapi tuhan sebagai sebuah ide cinta. Bahwa dia adalah sebuah rangkaian gagasan pemikiran tentang ketunggalan. Cinta pamungkas yang tak lagi bisa dimengerti nalar dan perasaan. Kamu tahu sayang? Cinta yang menyatu tidak butuh alasan. Cinta yang mengerti tidak butuh pembenaran. Cinta itu bersama dan saling menguatkan.
"Dulu ada seseorang yang berkata demikian hingga ia pergi dan hilang pelan-pelan," katamu.
Tentu aja kita pernah dikhianati. Ditikam harapan. Kau mungkin enam tahun aku mungkin tiga tahun. Tapi adakah perbedaan derajat dihadapan penderitaan? Aku kira tak ada. Semua pengkhianatan adalah sama. Kau dan aku begitu. Kita sama sama mengutuk dan memelihara dendam. Lantas menikmati semuanya pelan pelan seperti candu. Kau membenci manusia lantas abai pada cinta, sedangkan aku membenci manusia dan tak percaya perkawanan lagi. Kita adalah sepasang manusia invalid yang saling melengkapi.
"Kamu tak tahu aku. Bisakah aku mencintaimu seperti dahulu? Dalam diam dan dari kejauhan," katamu.
Tentu saja bisa. Aku bisa saja meninggalkanmu. Membiarkanmu sendirian. Membuatmu menjalani sisa hidupmu yang apa boleh buat itu. Hidup dengan membosankan menjalani kerja dalam kubikel. Memenuhi satu tuntutan untuk kemudian disibukan dengan tuntutan yang lain. Hidup dengan memenuhi permintaan orang yang tak kau senangi agar mereka berhenti merecokimu dengan basa basi tengik. Hidup dengan orang yang tak benar-benar kau cintai, beranak lantas hidup lintang pukang menghadiri arisan ini itu. Tapi apakah itu hidup yang kamu mau?
Kau hanya akan menggenapi keinginan orang tuamu, suamimu, tetanggamu dan orang-orang yang seolah mengerti kau. Hidupmu hanyalah sekedar menyelesaikan tugas, menunaikan janji dan memenuhi harapan. Sementara kau tak punya waktu untuk dirimu sendiri. Kau bahkan lupa kapan terakhir kau benar benar tersenyum dan bahagia untuk dirimu sendiri. Kegetiran semacam ini akan kau terima lantas kau jalani sebagai sebuah keseharian. Seolah olah ini adalah kebenaran dan selayaknya terjadi padamu.
"Ya, Aku ingin hidup semacam ini," jawabmu segera.
Kamu tidak pandai berbohong seperti kamu tak pandai menyegerakan tidur. Lingkar mata pandamu membuatku selalu rindu. Juga sikapmu yang lebih keras kepala daripada keputusan-keputusan yang dibuat Hatta saat pembuangan. Kita menerima nasib sebagai sebuah kesunyian selepas kita berusaha melawan dan menundukannya. Tidak ada nasib yang tak bisa dirubah seperti juga tak ada takdir yang tak bisa diarahkan. Tuhan menciptakan takdir bukan untuk diterima sebagai sebuah taklid buta. Ia harus diperjuangkan.
Meyakini hidup sebagai sebuah arus statis dan kita mengikutinya bagiku adalah menghina ke maha hebat an tuhan. Kamu tahu itu dan aku meyakini ini. Apa yang bisa kita lakukan adalah memperjuangkan apa yang kita yakini sekuat-kuatnya, sebaik-baiknya. Ini yang membuat kita menjadi manusia. Aku meyakinimu sebagai sebuah kebahagiaan lain. Lantas aku memperjuangkanmu, perkara pada hasilnya kau akan menikahi orang yang tak kau sukai itu urusan lain. Aku mencintaimu dan masa bodoh dengan yang lain.
Kamu tahu lagu dangdut? Mereka adalah sebenar-benarnya cinta. Mereka tahu dangdut telah kepalang brengsek dituduh sebagai musik kampungan. Mereka diam saja. Mereka malah bicara dengan lirik melayu mendayu-dayu soal cinta yang gagal, kandas, dan sumbing dengan kepala tegak. Dangdut merayakan kekalahan nasib secara paripurna. Setidaknya mereka ingin berkata "Aku telah memperjuangkan apa yang aku yakini sebagai sebuah cinta dan aku masa bodoh dengan kalian."
"Aku sudah pernah berjuang dan kalah, aku tak siap untuk dikhianati lagi," katamu.
Aku juga tak siap, siapapun ku kira tidak siap untuk dikhianati lagi. Tapi setiap manusia punya kesiapan untuk menghadapi apa yang belum pasti. Menempa diri dengan yang tanda tanya adalah salah satu jalan untuk menjadi manusia. Kau akan dihadapkan pada sebuah situasi yang tak jelas. Kau akan dikalahkan, memenangkan atau dipaksa menyerah. Apapun yang terjadi, pada masing-masing skenario hidupmu akan berkembang sayangku. Menjadi hidup yang lebih pejal dan lebih liat.
Aku mencintaimu dengan keras kepala dan tanpa logika. Lagipula untuk apa berpikir? Kau adalah segala yang bernama surga sementara. Tidak abadi namun molek, ranum dan membuai. Apakah salah aku mengejar hal fana? Aku mahluk dunia maka kodratku adalah mencintai hal duniawi. Tentu kita bukan santo yang memutuskan untuk selibat. Tapi cinta, seperti kata Santo John sang Salib, adalah api yang membakar malam. Ia menerangi yang gelap dan menghangatkan yang dingin.
Aku ingin menjadi alasan hidupmu kembali bercahaya. Aku ingin menjadi alasan dirimu tenang di malam hari. Aku ingin mencumbumu setiap malam. Mencium tengkukmu lantas memijat pundakmu hingga lemas. Hingga kau lega dan siap bercinta denganku dalam keriangan. Kita bercinta begitu panas sehingga udara tak lagi kenal kata dingin. Aku ingin memelukmu sepuasnya dan bercengkrama dalam ketelanjangan. Dan semoga yang demikian bisa menjadi pengganti kafein yang kau tenggak setiap hari.
"Hidup tidak semudah itu sayangku. Hidup adalah nasib brengsek yang tak bisa kita lawan," katamu.
Tentu. Tak ada hidup yang mudah. Hidup yang mudah tak layak dijalani. Karena itu kekasihku. Aku akan menunggumu untuk percaya. Apakah kita akan diam dan menerima perpisahan ini ataukah berusaha mempertahankan kebahagiaan. Ini klise dan gombal. Tapi lebih baik gombal dan klise daripada memelihara kebencian dan negativitas.
-disadur dari blog pribadi armandani.
Sabtu, 25 Oktober 2014
Senin, 13 Oktober 2014
Gumam Rindu
"Ada dua jenis kerinduan. Kerinduan pertama tersebab kita pernah merasakan sesuatu dan kita menginginkannya kembali. Kerinduan kedua tersebab kita tak pernah mengalaminya dan benar-benar merasakannya, setia menunggu dalam penantian yang lugu." Setidaknya itu menurut apa yang pernah aku baca.
Rindu adalah rasa, dia tak berwujud.
Rindu adalah rasa pedas pada lotek depan gerbang.
Rindu adalah rasa asin kuah coto makassar kiriman temanmu.
Rindu adalah rasa pahit pada secangkir kopi yang aku cecàp tiap pagi.
Rindu adalah rupa lain harapan.
Jika kamu pikir rindu hanya untuk segala sesuatu yang pernah kamu temui, maka aku lah orang pertama yang akan menyalahkan mu.
Aku rindu kamu.
Minggu, 12 Oktober 2014
Ibu
Ibu adalah segala sesuatu tentang kesabaran yang tak terbatas.
Ibu adalah segala sesuatu tentang kasih sayang yang tak pernah sirna.
Ibu adalah segala sesuatu tentang keikhlasan memberi tanpa pamrih.
Ibu adalah segala sesuatu tentang kepedulian remeh-temeh yang kadang kita acuhkan.
Ibu adalah segala sesuatu tentang kerinduan yang tak pernah terungkap.
Ibu adalah segala sesuatu tentang sambal tongkol pedas manis kesukaan.
Ibu adalah segala sesuatu tentang pijatan lembut di kepala dan teh pahit hangat saat sakit.
Ibu adalah segala sesuatu tentang pelukan hangat dikala dingin hujan tengah malam.
Ibu adalah segala sesuatu yang bernama keindahan Tuhan di dunia.
Selamat malam ibu.
Salam dan peluk dari anak mu yang paling keras kepala dan sering membuat mu cemas.
Kamis, 09 Oktober 2014
Surat Untuk N #2
N yang baik. N yang selalu aku rindukan senyumnya. Selamat malam, apakabar kamu? Semoga kamu baik-baik di sana. Semoga kamu ada pada lindungan Tuhan yang maha pelindung. Semoga kamu selalu dikasihi dan selalu mengasihi orang-orang yang mengasihi mu. Semoga kamu dijauhkan dari kecemburuan dan amarah.
Sibuk apa kamu sekarang N? Sudah lama kamu tak kasih kabar tentang anak kucing mu yang kamu anggap lucu, tapi selalu bikin aku tak enak makan. Sudah besar pasti mereka sekarang. Atau barangkali kamu sedang sibuk macam anggota dpr yang baru dilantik itu, sampai kamu lupa kirim kabar dan lupa memberi susu untuk anak-anak kucing mu itu, lalu mereka mati kemudian kamu merasa bersalah dan sedih? Kamu memang selalu seperti itu N. Payah.
Beberapa malam belakang ini langit begitu indah N, sama persis dengan perasaan ku. Rasanya aku sedang jatuh cinta N, memang bukan yang pertama tapi aku berharap ini yang terakhir. Ya walaupun aku tetap pasrah bagaimana ujungnya nanti.
N, kamu masih ingat surat ku yang pertama kali aku tulis untuk mu? Dulu aku pernah bilang tentang jatuh cinta pada pandangan pertama. Kali ini aku jatuh cinta entah pada apa N, aku belum pernah sekalipun bertemu dengan dia, tapi entah kenapa aku merasa benar-benar jatuh cinta, barangkali melebihi jatuh cinta ku yang dulu pernah aku ceritakan.
Aku kenal dia lewat sahabat ku N. Orang baik dia, sembahyangnya rajin, apalagi jika dibandingkan dengan kita. Orang pintar juga dia N, beda jauh dibanding kita yang sama sekali benci sekolah.
Tapi kadang aku masih merasa minder. Dia orang yang sudah jelas masa depannya N, sedang aku? Kamu pasti paham aku lah. Perfeksionis dia, visioner pula. Lagi-lagi jauh beda dengan kita N. Pandanganya jauh kedepan, sampai kadang-kadang dia takut atas apa-apa yang bahkan belum tentu terjadi.
N, apa kamu masih suka begadang? Aku masih N, cuma 4 jam aku tidur sehari. Tambah hitam kantung mata ku sekarang. Macam zombie.
Oya. Aku pernah baca sebuah tulisan kiriman dia, N. Kira-kira begini bunyinya; "cewe yang menarik itu cewe yang kuat diberbagai aspek. Kuat dalam kepribadian, ilmu dan agama. Serta berkarakter dan kuat dalam pemikiran". Kamu setuju itu N? Ah kamu pasti iya kalo aku iya.
dia orang yang hampir seperti itu N. Itu sebabnya, kali ini aku benar-benar ingin berjuang. Bukan, bukan semata untuk dia aku berjuang, aku berjuang untuk kehidupan ku yang lebih baik juga kedepannya. Aku berpikir, barangkali ini titik balik untuk aku benar-benar berubah jadi lebih baik N, aku merasa, Tuhan kasih dia ke aku untuk itu. Aku anggap ini jalan Tuhan. Tapi sekali lagi aku benar-benar pasrah akan ujungnya nanti N.
N kamu masih suka nyari senja? Aku sudah gak sempat sekarang, paling hanya pas libur aku bisa nyari senja, itu juga tidak pasti ketemu. Udah lama aku gak nemu senja yang indah N. Kapan-kapan bolehlah aku dikirimi senjamu di sana. Oya, dia juga sama persis dengan kita, N. Dia juga sangat mencintai senja. Katanya, dia bisa merasakan ketenangan di dalam senja. Kemarin sempat aku kirimin senja yang lumayan indah buat dia. Dan dia suka itu katanya.
Sudah dulu N, istirahatlah kamu. Capek pasti kamu hari ini. Jangan telat makan, sayang-sayangi maag mu. Jangan pula banyak minum soda, buatan amerika itu, kapitalis mereka. Kamu benci kapitalis bukan?! Oya, sudah lama kamu gak datang kemimpi ku. Datanglah N, rindu aku sama senyum mu.
Sibuk apa kamu sekarang N? Sudah lama kamu tak kasih kabar tentang anak kucing mu yang kamu anggap lucu, tapi selalu bikin aku tak enak makan. Sudah besar pasti mereka sekarang. Atau barangkali kamu sedang sibuk macam anggota dpr yang baru dilantik itu, sampai kamu lupa kirim kabar dan lupa memberi susu untuk anak-anak kucing mu itu, lalu mereka mati kemudian kamu merasa bersalah dan sedih? Kamu memang selalu seperti itu N. Payah.
Beberapa malam belakang ini langit begitu indah N, sama persis dengan perasaan ku. Rasanya aku sedang jatuh cinta N, memang bukan yang pertama tapi aku berharap ini yang terakhir. Ya walaupun aku tetap pasrah bagaimana ujungnya nanti.
N, kamu masih ingat surat ku yang pertama kali aku tulis untuk mu? Dulu aku pernah bilang tentang jatuh cinta pada pandangan pertama. Kali ini aku jatuh cinta entah pada apa N, aku belum pernah sekalipun bertemu dengan dia, tapi entah kenapa aku merasa benar-benar jatuh cinta, barangkali melebihi jatuh cinta ku yang dulu pernah aku ceritakan.
Aku kenal dia lewat sahabat ku N. Orang baik dia, sembahyangnya rajin, apalagi jika dibandingkan dengan kita. Orang pintar juga dia N, beda jauh dibanding kita yang sama sekali benci sekolah.
Tapi kadang aku masih merasa minder. Dia orang yang sudah jelas masa depannya N, sedang aku? Kamu pasti paham aku lah. Perfeksionis dia, visioner pula. Lagi-lagi jauh beda dengan kita N. Pandanganya jauh kedepan, sampai kadang-kadang dia takut atas apa-apa yang bahkan belum tentu terjadi.
N, apa kamu masih suka begadang? Aku masih N, cuma 4 jam aku tidur sehari. Tambah hitam kantung mata ku sekarang. Macam zombie.
Oya. Aku pernah baca sebuah tulisan kiriman dia, N. Kira-kira begini bunyinya; "cewe yang menarik itu cewe yang kuat diberbagai aspek. Kuat dalam kepribadian, ilmu dan agama. Serta berkarakter dan kuat dalam pemikiran". Kamu setuju itu N? Ah kamu pasti iya kalo aku iya.
dia orang yang hampir seperti itu N. Itu sebabnya, kali ini aku benar-benar ingin berjuang. Bukan, bukan semata untuk dia aku berjuang, aku berjuang untuk kehidupan ku yang lebih baik juga kedepannya. Aku berpikir, barangkali ini titik balik untuk aku benar-benar berubah jadi lebih baik N, aku merasa, Tuhan kasih dia ke aku untuk itu. Aku anggap ini jalan Tuhan. Tapi sekali lagi aku benar-benar pasrah akan ujungnya nanti N.
N kamu masih suka nyari senja? Aku sudah gak sempat sekarang, paling hanya pas libur aku bisa nyari senja, itu juga tidak pasti ketemu. Udah lama aku gak nemu senja yang indah N. Kapan-kapan bolehlah aku dikirimi senjamu di sana. Oya, dia juga sama persis dengan kita, N. Dia juga sangat mencintai senja. Katanya, dia bisa merasakan ketenangan di dalam senja. Kemarin sempat aku kirimin senja yang lumayan indah buat dia. Dan dia suka itu katanya.
Sudah dulu N, istirahatlah kamu. Capek pasti kamu hari ini. Jangan telat makan, sayang-sayangi maag mu. Jangan pula banyak minum soda, buatan amerika itu, kapitalis mereka. Kamu benci kapitalis bukan?! Oya, sudah lama kamu gak datang kemimpi ku. Datanglah N, rindu aku sama senyum mu.
Jumat, 09 Mei 2014
Layar Kaca
Untuk N.
Pernahkah kamu begitu marah sehingga segala kebahagiaan di dunia ini
terasa seperti sebuah cegukan yang menganggu? Rasa marah adalah rupa
lain api. Ia membakar segala yang
hidup. Melumat semangat hingga kau pelan-pelan dipaksa takluk pada
keinginan
untuk menghancurkan. Lantas berharap untuk melakukan tindakan keji,
tindakan jahat, tindakan nista agar setimpal rasa marahmu. Terganti
desir kedengkian yang perlahan kau beri rupa manis.
Ada yang gegas dalam kemarahan. Serupa rencana keji
yang buru-buru hendak dilaksanakan. Tapi rencana itu begitu berantakan,
begitu sembrono, begitu naif, kamu menyadari ini, namun tetap
melaksanakannya karena ada dorongan keras dari ulu hatimu yang
berteriak-teriak. "Ia harus hancur, ia harus musnah, ia selayaknya
roboh," Kebencian yang terlalu, kemuakan yang terlalu dan segala yang
terlalu mengambil alih otakmu untuk satu tujuan. Kehancuran bagi yang
"lain".
N yang baik. Apa kabar? Sudah lama kita tak berkirim berita. Barangkali
benar menua adalah proses melupakan dan pelan-pelan menyisihkan satu
persatu kegiatan hanya untuk hal-hal dasar seperti makan, berak dan
tidur. Wisdom comes with winters kata Oscar Wilde suatu saat.
Seiring berjalan umur kita belajar untuk lebih bijak, lebih pragmatis,
lebih matrealis dan berpikir lebih banyak. Sehingga pada akhirnya kita
melupakan cara untuk menikmati hidup dan mengisinya dengan usaha
bertahan hidup.
Maaf jika aku memulai kabar ini dengan sebuah kemarahan. Aku percaya
manusia adalah mahluk pendendam. Sebuah perasaan yang lahir akibat tak
terpenuhinya harapan. Mereka yang tak bisa menyimpan kerelaan dan
menganggap bahwa segala hal yang ia senangi harus dinaungi rasa
kepemilikan. Juga seperti dalam cinta. Seperti ketika aku jatuh cinta
padamu dan menginginkamu sebagai sebuah benda, bukan lagi rekan manusia
yang sepadan.
N yang baik, apa yang terjadi padaku barangkali tak begitu penting
bagimu. Seperti juga betapa tak pentingnya debu-debu di antara tumpukan
bukumu, atau seperti cucian yang terlantar, atau mungkin barangkali
seperti sebuah potongan cabai pada mie rebus panasmu. Hal-hal remeh yang
membuatmu senewen dan jengah. Tapi aku tetap ingin menyampaikan kabar
ini N. Terserah apakah kau mau peduli atau tidak itu tak penting bagiku.
Malam ini hujan turun terus menerus tanpa henti seolah besok adalah awal
mula musim kemarau. Seperti juga kemarahanku yang mendera dengan cepat.
Kemarahan yang lahir dari hal remeh seperti kebebalan media-media hari
ini pada etika dalam pemberitaan, atau juga bagaimana bencana terjadi
pada saat yang tak pernah tepat, atau juga pernyataan-pernyataan konyol
pemimpin yang membuat dahi berkerut. Terlalu banyak alasan untuk marah
hari ini, sedangkan humor dan tawa telah lama jadi barang picisan yang
dijual murah.
N yang manis, aku marah pada televisi. Marah pada sesuatu yang bahkan
tak bisa berpikir. Kita menonton benda kotak keparat itu lebih sering
dari waktu kita bercumbu dengan kekasih. Lebih sering daripada kita
bermunajat dan bercinta dengan tuhan. Atau yang lebih parah kita lebih
sering diam diri dan bermonolog di depannya daripada diam sendiri dan
berpikir menggunakan otak. Televisi adalah berhala lain yang tuhan pun
kalah berdebat dengannya.
Sementara diam-diam kita menyadari bahwa kotak brengsek itu adalah
satu-satunya kebenaran. Televisi menghasilkan berita yang kita percayai
meski kita tahu itu bohong. Televisi membuat kita berhenti kritis dan
pelan-pelan membuatmu dan otakmu berhenti berfungsi. Iklan, seks,
kekerasan, gosip, komedi picisan dan berita bohong adalah hal-hal yang
membuat kita larut dan beriman pada televisi lebih dari agama apapun di
dunia. Kita adalah budak dari apa yang kita ciptakan sendiri.
Tapi bukan hanya pada televisi aku marah N. Aku marah pada diriku
sendiri yang tak bisa lari dari kenyataan bahwa televisi adalah
satu-satunya penyelamat manusia-manusia lemah. Buruh-buruh pabrik, kuli,
petani miskin, pengemis, juga ibu rumah tangga menyandarkan hidupnya
pada televisi. Pada tiap-tiap sinetron yang kita anggap sampah, mereka
para kuli dan buruh tadi, menitipkan mimpi. Berharap suatu saat ia atau
keturuannya bisa sedikit mencicip rasa kekayaan. Bahwa seseorang bisa
makmur dengan jatuh cinta pada orang kaya, atau dengan tulus doa dan
bekerja keras tuhan akan memberikan kekayaan. Mimpi membuat manusia
hidup.
Tapi kita sama-sama tahu N. Televisi adalah biang dari segala
kehancuran. Mimpi semu dan segala macam taik kucing yang lahir dari
rahim konsumerisme. Tapi apalah itu konsumerisme? Tak penting amat
ketika kau bekerja lebih dari 12 jam sehari, ketika 6 masa kerjamu habis
dihajar wabah, atau lembur malammu tak menghasilkan separuh dari harga
susu anakmu. Kita terlalu sibuk belajar definisi hingga melupakan arti
penting merasakan. Televisi memiliki itu semua N, memiliki apa yang tak
pernah bisa diberikan oleh para pemikir. Rasa nyaman dan memiliki ketika
bersama-sama.
Inilah aku N. Lelaki yang disiksa perasaanya sendiri. Seorang sarjana
yang hilang arah. Berharap pada satu titik sekian tahun ilmunya dibangku
kuliah akan bermanfaat. Berharap suatu saat manusia-manusia hebat yang
dipenjara pekerjaan tadi sadar. Bahwa hidup bukan perkara menonton
televisi. Bahwa otak perlu diisi dan segala mimpi perlu dikejar.
Barangkali hanya ini yang bisa kubagi N. Ditengah hujan, suara kodok,
dan rindu yang berjelaga. Sesak atas amarah adalah sebenar-benarnya
kebodohan yang tak perlu.
-tulisan diambil dari blog pribadi @arman_dhani (kandhani.net) dengan judul dan isi yang sama.
Rabu, 12 Maret 2014
Semisal Cinta
Untuk N.
Aku memang tidak pernah lelah untuk terus jatuh cinta kepada mu, tapi barangkali sekarang, aku hanya sedang menyerah untuk sekedar mengingatkan mu agar setidaknya kau tidak lupa dengan keberadaan ku.
Aku tidak pernah berharap balasan atas jatuh cinta ku kepadamu, satu-satunya harapan atas jatuh cinta ku kepada mu adalah aku ingin melihat mu bahagia. Kau tahu kenapa? Karena aku takut cinta ini akan hilang hanya karena kau tak membalasnya.
Aku hanya sedang belajar, belajar untuk terus menerus mencintai mu, belajar agar tak mengeluh karena telah mencintai mu, belajar agar setiap doa yang ku panjatkan adalah untuk diri mu, dan belajar untuk selalu mengingat mu pada setiap cangkir kopi hitam pahit kesukaan ku.
Aku tidak sedang menjelaskan apa-apa, karena memang tidak semua hal dalam hidup perlu dijelaskan. Seperti yang telah kita pahami, hidup adalah sebuah pentas yang kita sendiri tak bisa memilih lakonnya. Aku hanya jatuh cinta, lantas senja mempertemukan kita, kemudian pertemuan itu mengalir menjadi sebuah percakapan. Percakapan tak berguna yang barangkali kini kau sesali.
Kini aku hanya bisa menuliskan cinta dengan kata-kata yang barangkali sudah bosan dan muak untuk kau baca. Aku menulis tentang apa yang aku pahami sebagai cinta sejati; yaitu mencintai dengan diam-diam walaupun mungkin kau tak pernah peduli.
Aku memang tidak pernah lelah untuk terus jatuh cinta kepada mu, tapi barangkali sekarang, aku hanya sedang menyerah untuk sekedar mengingatkan mu agar setidaknya kau tidak lupa dengan keberadaan ku.
Aku tidak pernah berharap balasan atas jatuh cinta ku kepadamu, satu-satunya harapan atas jatuh cinta ku kepada mu adalah aku ingin melihat mu bahagia. Kau tahu kenapa? Karena aku takut cinta ini akan hilang hanya karena kau tak membalasnya.
Aku hanya sedang belajar, belajar untuk terus menerus mencintai mu, belajar agar tak mengeluh karena telah mencintai mu, belajar agar setiap doa yang ku panjatkan adalah untuk diri mu, dan belajar untuk selalu mengingat mu pada setiap cangkir kopi hitam pahit kesukaan ku.
Aku tidak sedang menjelaskan apa-apa, karena memang tidak semua hal dalam hidup perlu dijelaskan. Seperti yang telah kita pahami, hidup adalah sebuah pentas yang kita sendiri tak bisa memilih lakonnya. Aku hanya jatuh cinta, lantas senja mempertemukan kita, kemudian pertemuan itu mengalir menjadi sebuah percakapan. Percakapan tak berguna yang barangkali kini kau sesali.
Kini aku hanya bisa menuliskan cinta dengan kata-kata yang barangkali sudah bosan dan muak untuk kau baca. Aku menulis tentang apa yang aku pahami sebagai cinta sejati; yaitu mencintai dengan diam-diam walaupun mungkin kau tak pernah peduli.
Jumat, 28 Februari 2014
Segala Sesuatu Tentang Jatuh Cinta Kepada Mu
Saat ini aku sedang merasa jatuh cinta sekaligus sakit hati, atau barangkali aku mulai jatuh cinta dengan sakit hati itu sendiri. Aku memang hanya orang asing, dan mungkin akan terus menjadi orang asing bagi mu, orang asing yang jatuh cinta dengan cara yang asing pula.
Aku jatuh cinta dengan ke-ketusan mu kepada ku. Aku jatuh cinta dengan keremeh-temehan sikap mu kepada ku. Aku jatuh cinta dengan segala kikuk saat kali pertama kita bertemu. Aku jatuh cinta dengan keramahan dan segala kesederhanaan mu kepada setiap. Aku jatuh cinta dengan segala kesombongan ku, kesombongan seorang asing yang tersesat di tempat yang asing. Aku jatuh cinta dengan segala ketidak pedulian mu kepada ku. Aku jatuh cinta dengan bagaimana cara mu mencintai dia. Aku jatuh cinta dengan segala ke-Sok-tahuan ku tentang kamu.
Aku jatuh cinta. Entah dirimu.
Aku jatuh cinta dengan ke-ketusan mu kepada ku. Aku jatuh cinta dengan keremeh-temehan sikap mu kepada ku. Aku jatuh cinta dengan segala kikuk saat kali pertama kita bertemu. Aku jatuh cinta dengan keramahan dan segala kesederhanaan mu kepada setiap. Aku jatuh cinta dengan segala kesombongan ku, kesombongan seorang asing yang tersesat di tempat yang asing. Aku jatuh cinta dengan segala ketidak pedulian mu kepada ku. Aku jatuh cinta dengan bagaimana cara mu mencintai dia. Aku jatuh cinta dengan segala ke-Sok-tahuan ku tentang kamu.
Aku jatuh cinta. Entah dirimu.
Senin, 24 Februari 2014
Negri Akal-Akalan
Ini bukanlah negri asal-asalan
Yang didirikan dengan cara akal-akalan
Ini hanyalah negri dengan pemimpin yang nakal
Negri yang diurus tak menggunakan akal
Ini kisah tentang negri akal-akalan
Negri dengan sejuta persoalan
Negri yang tak berani berperang
Walau tiap pekan pulaunya hilang
Ini kisah tentang negri akal-akalan
Negri kaya yang teramat sial
Tempat berkuasa manusia abnormal
Yang melihat rakyat kelaparan tak jadi soal
Ini kisah tentang negri akal-akalan
Negri dengan begitu banyak pahlawan
Negri berjuta kisah perjuangan
Sayang tak pernah lagi melahirkan negarawan
Ini kisah tentang negri akal-akalan
Negri dengan wakil rakyat tak bermoral
Wakil rakyat dengan hati binal
Yang hidupnya tak jauh dari alat vital
Ini adalah negri akal-akalan
Yang saya cintai dengan tak masuk akal
Ini adalah negri akal-akalan
Yang pada setiap harapan dan cita-cita telah tertambat harga
Berlomba untuk jadi abdi negara
Agar kelak tua tak perlu sengit berebut harta
Sehingga dengan santun menunggu antrian kematian.
Yang didirikan dengan cara akal-akalan
Ini hanyalah negri dengan pemimpin yang nakal
Negri yang diurus tak menggunakan akal
Ini kisah tentang negri akal-akalan
Negri dengan sejuta persoalan
Negri yang tak berani berperang
Walau tiap pekan pulaunya hilang
Ini kisah tentang negri akal-akalan
Negri kaya yang teramat sial
Tempat berkuasa manusia abnormal
Yang melihat rakyat kelaparan tak jadi soal
Ini kisah tentang negri akal-akalan
Negri dengan begitu banyak pahlawan
Negri berjuta kisah perjuangan
Sayang tak pernah lagi melahirkan negarawan
Ini kisah tentang negri akal-akalan
Negri dengan wakil rakyat tak bermoral
Wakil rakyat dengan hati binal
Yang hidupnya tak jauh dari alat vital
Ini adalah negri akal-akalan
Yang saya cintai dengan tak masuk akal
Ini adalah negri akal-akalan
Yang pada setiap harapan dan cita-cita telah tertambat harga
Berlomba untuk jadi abdi negara
Agar kelak tua tak perlu sengit berebut harta
Sehingga dengan santun menunggu antrian kematian.
*bait terakhir disadur dari sebuah blog
Surat untuk N
Hay N, apa kabar kamu di sana? Aku baik-baik saja di sini,
aku harap kamu juga begitu di sana atau bahkan lebih baik dari terakhir kali
kita bertukar kabar sebelum kamu hapus contact bbm ku.
Kamu tahu rasanya merindu tapi tidak tahu cara
menunjukannya, N? aku sedang seperti itu sekarang.
Sudah lama aku gak nulis N, lama pula aku gak olahraga, gak
maen basket, lama juga aku gak sembahyang, terakhir sembahyang jum’at, itupun 2
minggu yang lalu. Pemalas aku searang. Tambah gemuk aku N.
Oya N, tiga minggu ini Tuhan (dengan t besar) sedang memberi ujian buat keluarga besar aku, yang pertama ayah ku masuk rumah sakit untuk
operasi. Operasia hernia memang, tapi tetap saja itu bikin kami sedikit sibuk,
bersamaan dengan itu kakak mbah ku meninggal tepat dihari operasi ayah ku.
Seminggu setelahnya giliran adiknya (mbah ku) yang harus mangkat menyusul
kakaknya itu. Sakit kanker dia, sudah 5 bulan lebih dia sakit. Dan yang
terakhir sepupuku masuk rumah sakit, DBD sakitnya. Ntah apa ini semua,
barangkali Tuhan sedang membersihkan dosa keluarga kami, tapi aku sendiri lebih
suka mengatakan bahwa Tuhan sedang menyuruh kami untuk mengingat perihal
dosa-dosa yang pernah kami lakukan dulu.
N, apa kamu masih suka telat makan? Berubahlah, kurang baik
itu untuk maag mu. Oya bagaimana sekolah mu? Masih suka bolas? Ahh aku yakin
sudah tidak, tapi kalo memang masih ya gak maslah, karena bagi aku sekolah itu
hak bukan kewajiban, lain dengan belajar. Tapi kalo kamu masih tetap ingin jadi
dokter ya berangkat sekolah lah, itu jadi syarat wajib, karena setau aku tidak
mudah jadi dokter, tanggung jawabnya besar, banyak pula biayanya, cukuplah itu
untuk naik haji tiga kali.
N, apa kamu masih punya mbah? Apa kamu akrab dengan dia?
Kalau masih, akrab-akrabi dia, rawat dia. Jangan seperti aku, aku tidak begitu
akrab dengan mbah ku, setidaknya selama dia sakit sampai dia mangkat hanya
beberapa kali aku bertemu dia, gak sempat aku merawat dia. Tapi aku masih bisa
bersyukur N, setidaknya aku cucu satu-satunya yang meletakan jasad mbah ku di
rumah terakhirnya. Ya rumah kita juga itu besok N.
Orang baik dia N, orang berprinsip pula dia, orang yang (menurut
saya) benar-benar ingin bertingkah dan berfikir sebagai manusia, orang yang
memilih menyalakan lilin dan tidak menyalahkan gelap. Orang yang sukses
menunaikan tugasnya sebagai orang tua, dibesarkannya ketujuh anaknya, dibiayai
sampai sarjana pula semua anaknya. Dibekalinya agama anak dan cucunya, diajari
mengaji pula aku waktu kecil, diajaknya aku ke tokonya sewaktu hari minggu atau
hari liburan sekolah. Diberinya sepeda waktu itu. Ahh orang baik lah dia,
merasa kehilangan kami semua. Mudah-mudahan masuk surga lah ganjarannya. Amiin
Oya N, kamu masih suka baca kan? Bagus itu, gak suka sekolah menurut ku masih ok, asal
jangan sampai kita gak suka baca, bodoh orang yang gak suka baca, karena surat
al-quran yang pertama kali turun pun
menuyuruh kita untuk membaca. Masih pula kamu bikin sajak N? maulah kapan-kapan
aku dikirimi sajak mu. Tapi pilih lagi yang benar kata-katanya, kadang agak
susah aku untuk paham.
Sudah dulu N, kapan-kapan kita sambung lagi. Oya,kalo sempat
kamu balas lah surat ku ini, rindu aku sama kamu.
Ttd; didi faizal
Minggu, 16 Februari 2014
11
13 Februari 2007
Gak kerasa 7 tahun sudah momen
itu kami lewati, peristiwa yang tidak mungkin kami lupakan.
Terlalu banyak momen yang kami
lewati dibulan februari kala itu, bukan perihal kasih saying yang biasa
dirayakan oleh sebagian muda-mudi dibulan februari,tapi malah mungkin lebih
dari itu. Kami bangun pagi, subuh lebih tepatnya, lari kami subuh-subuh buta
kala itu, dengan rute dan jarak yang sudah ditentukan oleh pelatih tentunya.
Setelahnya tetap bersekolah kami, belajar seperti biasa tanpa ada dispensasi
seperti ekskul yang lain, mengerjakan tugas atau mengikuti ulangan harian kalo
memang ada, bahkan ada juga diantara kami yang tetap mengikuti mata pelajaran
olahraga setelahnya. Sorenya, sepulang sekolah kami masih lanjut latihan,
biasanya latihan fisik sekaligus drill, sampai maghrib biasanya. Kompak benar
kami sepekan itu, malah terlihat seperti atlet professional saja kami.
Tidak ada kerja kerja keras yang berbuah sia-sia.
Ungkapan itu rasanya relevan
untuk kami, latihan tanpa “istirahat”, tugas dan ulangan harian yang dikerjakan
sekenanya, dibayar lunas dengan sebuah pencapaian yang memang menjadi target
kami kala itu, mempertahankan gelar kejuaraan bola basket antar sekolah
menengah sekabupaten, yang pada pagelaran sebelumnya berhasil dimenangi oleh
angkatan sebelum kami. Itu merupakan gelar yang sangat prestisius kala itu,
bahkan hingga sekarang. Indah sekali momen-momen itu, bahkan detil kejadian
dalam pertandingannya pun masih melekat dalam diri saya. Tapi itu tetaplah
masalalu, sebaik-baik masalalu hanya pantas untuk diingat bukan untuk
ditinggali.
Ya, saya tidak sedang ingin
menetap pada masalalu, rasanya saya hanya sedang mengingat, bahwa saya dulu
pernah mempunyai gairah, bahwa saya dulu pernah punya seribu alasan untuk tetap
berangkat latihan, bahwa saya dulu pernah menjadi seseorang yang berguna, atau
jika memang kata berguna itu terlalu berlebihan, setidaknya dulu saya pernah
melakukan sesuatu yang saya senangi dengan kerelaan dan pantang menyerah.
Lagi-lagi itu tetaplah masalalu dan hanya akan menjadi masalalu. Bahkan
mungkin, masalalu itu hanya tinggal saya saja yang masih mengingatnya.
Selamat tanggal 13 februari yang
ke 7 buat indpndnt generasi 2007.
*ditulis pada sebuah senja 13 februari 2013
Sabtu, 01 Februari 2014
Selamat Ulang Tahun; Fauzia Tria Andara Sari
“dengar dan ikutilah
suara yang bisa kau dengar dalam keadaan sangat bising sekalipun; suara hati
nurani mu”
Baiklah, ntah darimana saya harus memulai tulisan ini, bukan
perkara tidak ada hal yang bida ditulis dari hidup mu, bahkan karena terlalu
banyak mungkin. Atau begini, mungkin karena kita belum terlalu akrab walau
sudah lama kenal.
Hari ini hari ulang tahun mu yang ntah keberapa saya tidak
tahu, yang jelas dari selera musik mu yang pernah kamu rekomendasikan ke saya,
kamu jauh lebih dewasa disbanding anak-anak seusia mu yang begitu akrab dengan
music “kacangan” dan lirik yang begitu menye-menye, walaupun kadang kamu juga
bertingkah kelewat tolol disbanding mereka dengan suka menyiksa diri jika ada
masalah.
Kamu tau, (sekarang) kamu adalah salah satu sahabat kecil
dari sekian banyak (mantan) sahabat kecil saya, yang setelah kelulusan sma dan
merasa dirinya sudah tak lagi kecil kemudian lupa dengan saya, hahaha
sebenarnya itu tidak jadi masalah buat saya (bahkan jika nantinya kamu pun
demikian) toh kamu pasti faham dengan saya, saya bukan orang yang suka showoff,
saya bukan orang yang kelewat suka dengan popularitas abal-abal (walupun kadang
ingin). Saya justru lebih suka jadi orang yang diingat saat kalian susah,
bukan perkara saya ingin terlihat bagai santo, tapi memang saya orang yang suka
belajar dari “masalah” orang lain, karena bagi saya; kita tak mungkin punya
banyak waktu untuk belajar semuanya sendiri.
Maaf, sebagai penulis (doakan saja ) saya tidak bisa
memberikan sesuatu apa itu yang disebut mereka adalah kado ulang tahun selain
tulisan ini (yang ntah bermakna atau tidak buat kamu). Tapi tenang saja, saya
tetap berdoa agar kamu mendapatkan kado yang memang kamu inginkan dihari ulang
tahun mu ini.
Oya, dihari ulang tahun mu ini, saya hanya ingin kamu
berjanji kepada sahabat mu ini;
-
berjanji kamu tidak lagi menyiksa diri sendiri
selagi ada masalah, karena bagi orang yang berfikir, pasti ada sebuah manfaat
dari setiap masalah, dan saya yakin kamu adalah salah satu dari orang yang
berfikir itu.
-
Berjanji kamu akan berbuat yang terbaik dan
bertanggung jawab untuk semua cita-cita mu, tidak seperti sahabat mu ini yang
bahkan kuliah saja tak sanggup diselesaikan.
-
Berjanji kamu hanya akan menjadi dewasa tanpa
embel-embel kematangan, karena kamu tahu, matang itu sedepa jaraknya dengan
busuk.
-
Berjanji jika pada suatu titik kita berjumpa,
kamu sudah jadi orang hebat, orang yang
berguna, orang yang benar-benar menyelesaikan cita-citanya. Dan kita (aku dan
kamu) juga teman-teman yang lain akan berbincang dengan secangkir kopi hitam
pahit kesukaan kami. Berbincang tentang bagaimana remeh-temehnya masalah yang
membuat mu menyiksa diri atau tentang kenangan masa lalu kita yang walau tak
utuh tapi setidaknya bisa membuat kita menertawakannya.
Well, selamat ulang tahun sahabat kecil ku Fauzia Tria
Andara Sari.
*oya,langgeng-langgeng
lah dengan ery, karib ku juga dia, orang baik dia, walaupun kadang memang agak
galak dan susah bangun pagi. Dan belajarlah lagi membuat kopi, kopi hitam
kental agak pahit, kami suka itu.
ditulis waktu lagi ngopi pas hari ulang tahun mu.
Jumat, 10 Januari 2014
Hidup adalah pilihan
“ketika sesuatu yang kau senangi diluaran tak lagi membuat mu senang, barangkali itu waktunya kau pulang”
Dalam hidup, setiap orang pasti
pernah merasakan bagaimana harus memilih, begitupun saya. Sepanjang 24 tahun
hidup saya, barangkali ini adalah salah satu pilihan paling berat, lebih berat
ketika saya memilih untuk meninggalkan kuliah saya yang tinggal ujungnya saja.
Yah, saya dipaksa meninggalkan
sesuatu yang benar-benar saya cintai, saya dipaksa meninggalkan kebiasaan yang
saya dambakan, saya dipaksa untuk meninggalkan sesuatu yang saya tak pernah
merasa berkorban sedikitpun didalamnya. Berat, sangat berat bahkan, tapi
begitulah hidup, bagian terberat dalam hidup itu sendiri adalah saat dimana
kita harus menentukan pilihan, barangkali begitulah kurang lebih makna dari
“hidup adalah pilhan”.
Indpndnt, ya begitulah
orang-orang menyebutnya. Sekumpulan anak muda yang memiliki kesamaan hobi
bermain bola basket, namun kami lebih suka menyebutnya brotherhood karena
memang bagi kami, indpndnt adalah “more than basketball” dan “stick
together stand as brother” adalah jargonnya. Well, ini adalah rumah
bagi saya, tempat dimana kami berbagi segalanya, tempat dimana kami membangun
mimpi, menata dan merencanakan segala perihal demi memajukan basket di daerah
kami, namun yang paling penting bagi saya, ini adalah tempat dimana saya merasa
“pulang”.
“tak ada gading yang tak retak” barangkali adalah peribahasa yang
tepat untuk situasi ini, begitu banyak gesekan dari luar yang bisa kami
bereskan, namun kami (lebih tepatnya saya) tak mampu menyelesaikan
gesekan-gesekan dari dalam diri kami sendiri. Ntah salah siapa, barangkali
salah mereka para godfather yang “terlalu” mencintai tim, yang ingin
membesarkan “anaknya” dengan cara mereka sendiri sehingga menjadikan mereka
“kebal” kritik (walaupun terkadang kritik saya objektif). Atau malah ini salah
saya, yang terlalu bermimpi untuk ikut membesarkan “anak” mereka dengan sedikit
aura yang berbeda, atau ini memang salah saya yang barangkali bagi mereka
terlalu banyak omong saat di lapangan sehingga malah membuat mereka jijik. Ya
entahlah, rasanya kami hanya ingin mempertahankan ego kami masing-masing.
Dan pada akhirnya pilihan ini yang
saya ambil, berat memang tapi bagaimanapun saya harus memilih. Pergi disaat
gesekan sedang kencang-kencangnya, bukan tidak mau duduk kemudian
memusyawarahkan, tapi saya terlalu takut jikapun gesekan ini reda, akan ada
gesekan-gesekan lain diwaktu yang akan datang. Terdengar naïf barangkali , tapi
bukankah naïf itu justru pilihan yang seringkali kita pilih saat sadar.
Well, itulah hidup, kalo boleh
saya mengulang, hidup adalah benar-benar pilihan, itulah sebabnya bagian
terberat dalam hidup adalah ketika kita harus melilih.
Pada bagian ini saya hanya akan
mengucapkan terima kasih dan maaf untuk kalian semua. Untuk kalian yang sudah
memberikan banyak pelajaran tentang dan diluar basket. Dan kalian harus tau dan
pasti kalian tau “I am still INDPNDNT
fan and will be forever”.
Langganan:
Postingan (Atom)